BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Katalis
dapat menurunkan energi
pengaktifan dengan menghindari tahap penentu laju yang lambat dari reaksi yang
tidak dapat dikatalis. Dengan
menurunnya energi
aktivasi maka pada
temperatur yang sama didapatkan laju reaksi dengan konstanta laju yang besar yang artinya reaksi
efektifnya dapat terjadi secara cepat. Katalis dapat digunakan dalam
pengaktifan reaksi yang akan mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi. Jika
energi pengaktifan
reaksi tinggi, maka untuk temperatur normal, hanya akan terjadi sebagian kecil
pertemuan molekul yang nantinya dapat menghasilkan reaksi yang efektif.
Fungsi
utama dari katalis ini adalah menyediakan reaksi alternatif dalam suatu reaksi kimia. Katalis memegang peranan penting dalam perkembangan industri kimia. Hampir
semua produk industri dihasilkan melalui proses yang memanfaatkan jasa katalis,
baik satu atau beberapa proses. Katalis tidak terbatas pada bagian proses konveksi, bahkan juga untuk
bagian proses pemisahan. Penggunaan katalis di industri sekitar 50%
(Levenspiel,1999). Katalis berdasarkan fase reaksinya dapat digolongkan menjadi katalis homogen dan heterogen. Katalis homogen adalah katalis yang sama fase dengan fase reaktan dan produknya.
1.2
Ramusan Masalah
Atas dasar latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu:
1.
Apa pengertian
dari katalis?
2.
Apa saja
jenis-jenis katalis?
3.
Apa itu katalis
homogen dan bagaimanakah prinsip kerjanya?
4.
Bagaimana
mekanisme reaksi dari katalis homogen?
5.
Apa contoh dari
katalis homogen?
6.
Bagaimana
peranan dari katalis homogen?
1.3
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
dari penulisan makalah
ini adalah :
1.
Memberikan informasi mengenai peranan katalis kimia.
2.
Memberitahukan kepada pembaca tentang
jenis-jenis katalis kimia.
3. Menginformasikan
kepada pembaca
tentang hubungan katalis dengan energi
aktivasi.
4.
Memberikan informasi mengenai katalis homogen.
5. Memberikan
informasi tentang mekanisme kerja katalis homogen secara umum.
6.
Mengetahui
contoh katalis homogen.
7.
Mengetahui peranan katalis homogen.
8.
Mengetahui
keuntungan katalis homogen.
Selain
dari tujuan di atas, terdapat pula manfaat dari penyusunan makalah, yaitu
sebagai berikut.
1.
Sebagai media pembelajaran dan latihan
dalam penyusunan makalah.
2.
Sebagai bahan bacaan tambahan mengenai katalis homogen.
1.4
Metode Penulisan
Adapun
metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode studi pustaka,
yang merupakan metode mengumpulkan, menyaring, dan menyimpulkan suatu bahan
bacaan dari berbagai buku dan studi internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Katalis
2.1.1
Pengertian Katalis
Katalis
merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi kimia tanpa
mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri dengan cara memberikan
jalur pilihan lain yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah bila dibanding
dengan energi aktivasi untuk reaksi tanpa katalis (Whyman,
1994). Katalis ikut berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai
pereaksi ataupun produk. Adanya katalis dapat mempengaruhi faktor-faktor
kinetik suatu reaksi seperti laju reaksi, energi aktivasi, sifat dasar keadaan
transisi dan lain-lain (Augustine, 1996).
Penambahan
katalis akan mempengaruhi laju reaksi. Pada teori tumbukan dan distribusi energi molekular Maxwell – Boltzman pada gas,
tumbukan-tumbukan menghasilkan
reaksi jika partikel-partikel bertumbukan dengan energi yang cukup untuk
memulai suatu reaksi. Energi
minimum yang diperlukan untuk
memulai suatu reaksi tersebut dinamakan
energi
aktifitas reaksi.
2.1.2
Pengaruh Katalis Terhadap Energi
Aktivasi
Katalis
mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktivasi (Ea) yakni dengan
membentuk
kompleks teraktifkan baru dengan energi yang lebih rendah, sehingga mempercepat
laju reaksi dengan tanpa menimbulkan efek termodinamika reaksi keseluruhan.
Energi aktivasi adalah energi kinetik minimum yang diperlukan oleh partikel-partikel
pereaksi untuk membentuk kompleks teraktivasi.
Kaitan antara energi aktivasi dengan
berlangsungnya suatu reaksi dapat dianalogikan dengan proses mendorong mobil
dari suatu tempat (A) ke tempat lain (B) melalui jalan mendaki dan menurun.
Perhatikan gambar di bawah ini:

Proses mendorong mobil dari A ke B analog
dengan terjadinya proses tumbukan. Ketika mobil didorong sampai tanda X,
kemudian si pendorong tidak mampu lagi melakukan usahanya, maka mobil tersebut
turun lagi, tidak berhasil melewati puncak dan tidak sampai ke B. Hal ini
analog dengan peristiwa tumbukan yang memiliki energi kinetik kurang dari Ea
(tidak sampai puncak) sehingga tidak terbentuk kompleks teraktivasi dan
reaksipun tidak terjadi.
Agar mobil dapat sampai di B, mobil tersebut harus
didorong minimum sampai di puncak sehingga untuk sampai di B tidak perlu
didorong lagi.

Dalam reaksi, agar dihasilkan produk maka
pereaksi harus memiliki energi minimum untuk membentuk kompleks teraktivasi
terlebih dahulu sebelum membentuk hasil reaksi. Energi tersebut yang dinamakan
dengan energi aktivasi.
2.1.3
Cara
Kerja Katalis
Syarat berlangsungnya reaksi:
(1)
Terjadi kontak (tumbukan) dengan orientasi yang
tepat, dan
(2)
disertai dengan energi yang cukup (melebihi energi
aktivasi reaksi).
Dengan adanya katalis, kedua syarat
di atas dapat terkomodasi dengan baik. Katalis dapat “mengantarkan” reaktan
melalui jalan baru yang lebih mudah untuk berubah menjadi produk. Jalan baru
yang dimaksud yaitu jalan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Keberadaan
katalis juga dapat meningkatkan jumlah tumbukan dengan orientasi yang tepat.
Hal itu disebabkan molekul-molekul reaktan akan teradsorpsi pada permukaan aktif katalis
sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antar molekul-molekul reaktan akan
semakin besar. Selain itu, ketepatan orientasi tumbukan pun akan semakin
meningkat.
2.1.4
Parameter
dalam Pemilihan Katalis
Katalis dapat dinilai baik-buruknya berdasarkan pada
beberapa parameter sebagai berikut:
· Aktivitas,
yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi produk yang diinginkan.
· Selektivitas,
yaitu kemampuan katalis mempercepat suatu reaksi diantara beberapa reaksi yang
terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat diperoleh dengan produk sampingan
seminimal mungkin.
· Kestabilan,
yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti pada keadaan
semula.
· Hasil (yield), yaitu jumlah
produk tertentu yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang terkonsumsi.
·
Kemudahan diregenerasi, yaitu
proses mengembalikan aktivitas dan selektivitas katalis seperti semula.
2.1.5
Komponen
inti katalis
Berdasarkan tingkat kepentinganya,
komponen inti katalis dapat dibedakan menjadi tiga bagian diataranya:
· Selektifitas
adalah kemampuan katalis untuk memberikan produk reaksi yang diinginkan (dalam
jumlah tinggi) dari sejumlah produk yang mungkin dihasilkan.
· Aktifitas
adalah kemampuan katalis untuk mengubah bahan baku menjadi produk yang
diinginkan.
· Stabilitas
adalah sebuah katalis untuk menjaga aktifitas, produktifitas dan selektifitas
dalam jangka waktu tertentu.
2.2
Jenis - jenis Katalis
Secara umum katalis dapat dibedakan
menjadi 3 jenis
yaitu katalis homogen, heterogen dan biokatalisis (katalis enzim).
2.2.1
Katalis Homogen
Katalis
homogen merupakan katalis yang mempunyai fasa sama dengan reaktan dan produk.
Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan yaitu: mencemari lingkungan dan tidak dapat digunakan kembali.
Selain itu katalis homogen juga umumnya hanya digunakan pada skala laboratorium
ataupun industri bahan kimia tertentu, sulit dilakukan secara komersil, operasi pada fase cair dibatasi pada
kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan lebih kompleks dan diperlukan
pemisahan antara produk dan katalis. Contoh
dari katalis homogen yang biasanya banyak digunakan dalam produksi biodiesel,
seperti basa (NaOH, KOH), asam (HCl, H2SO4)
2.2.2
Katalis Heterogen
Katalis
heterogen merupakan katalis yang fasanya tidak sama dengan reaktan dan produk.
Katalis heterogen secara umum berbentuk padat dan banyak digunakan pada reaktan
berwujud cair atau gas. Contoh-contoh
dari katalis heterogen adalah zeolit, CaO, MgO, dan resin penukar ion.
Mekanisme katalis heterogen melalui lima langkah, yaitu: Transport reaktan ke
katalis, interaksi reaktan-raktan dengan katalis (adsorpsi), reaksi dari
spesi-spesi yang teradsorpsi menghasilkan produk-produk reaksi, deadsorpsi
produk dari katalis, transport produk menjauhi katalis. Keuntungan dari katalis
heterogen adalah ramah lingkungan, tidak bersifat korosif, mudah dipisahkan dari produk dengan cara
filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali dalam jangka waktu yang lama.
Selain itu, katalis heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi
samping dapat dieliminasi. Contoh-contoh
dari katalis heterogen adalah zeolit, CaO, MgO, dan resin penukar ion.
Katalis
Homogen
|
Katalis
Heterogen
|
Fasa
cair atau gas
|
Fasa
padat
|
Setiap molekul
katalis aktif
sebagai
katalis
|
Memiliki pusat
aktif yang
tidak seragam
|
Tidak mudah teracuni oleh
adanya sedikit kotoran
|
Mudah teracuni oleh
adanya sedikit kotoran
|
Mudah terurai pada
temperatur tinggi
|
Stabil
pada
temperatur tinggi
|
Sukar dipisahkan dari
campuran reaksi
|
Mudah
dipisahkan dari
campuran reaksi
|
Tabel 1. Perbedaan
Katalis Homogen dan Katalis Heterogen.
2.2.3
Biokatalis
Biokatalis
adalah katalis yang memiliki keunggulan sifat (aktivitas tinggi, selektivitas
dan spesifitas) sehingga dapat membantu proses–proses kimia kompleks pada
kondisi lunak dan ramah lingkungan. Kelemahannya antara lain sangat mahal,
sering tidak stabil, mudah terhambat, tidak dapat diperoleh kembali setelah
dipakai. Salah satu Biokatalis yang telah dilaporkan penggunaanya adalah Enzim
lipase (Triacylglycerol Acllydrolases). Enzim
lipase atau enzim pemecah lemak dipakai dalam reaksi pembuatan biodiesel. Enzim itu dapat mengatalisis,
menghidrolisis, serta mensintesis bentuk ester dari gliserol dan asam lemak
rantai panjang seperti halnya minyak goreng dan jelantah. Pemilihan katalis atau pengembangan
katalis perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan efektivitas dalam pemakaian. Dalam pengembangannya katalis cair dapat digantikan dengan
katalis padat seperti asam padat seperti zeolit, clay, dan lain-lain. Keuntungannya adalah dapat di recovery,
recycle, dan
digantikan kembali. Selain
itu, Zeolit juga dapat digunakan sebagai katalis heterogen untuk pembuatan
biodiesel.
2.3
Pengertian Katalis Homogen
Katalis homogen adalah senyawa yang memiliki fase sama
dengan reaktan ketika reaksi kimia berlangsung. Sebenarnya banyak sekali
penggunaan katalis homogen dalam industri, mulai dari yang konvensional, murah
meriah semacam katalis asam atau basa hingga senyawa-senyawa organometalik yang
mahal. Selektifitas hasil reaksi dan kondisi reaksi yang lembut adalah
pertimbangan utama pemilihan katalis homogen.
Contoh katalis homogen:
Reaksi berkatalis homogen, fase gas
CO (g) + ½ O2 (g) → CO2 (g) katalis: NO (g)
CH3CHO (g) → CH4 (g) + CO (g) katalis: uap I2
Reaksi berkatalis homogen, fase cair
C12H22O11 + H2O
→ C6H12O6 + C6H12O6
katalis: asam
CH3COOC2H5 + H2O
→ CH3COOH + C2H5OH
katalis: asam
Proses katalitik pada reaksi berkatalis homogen berlangsung melalui pembentukan senyawa kompleks dan
penyusunan ulang antara molekul-molekul reaktan dengan ligan katalis.
2.4
Kelebihan dan Kelemahan Katalis Homogen
Kelebihan
dari katalis homogen yaitu mudah dikarakterisasi, misalnya secara
spektroskopi, mekanisme reaksi dapat dibuat untuk memprediksi reaksi. Selain
itu, katalis mudah terdispersi secara efektif sehingga semua molekul katalis
dapat berinteraksi dengan reaktan.
Penggunaan katalis homogen ini mempunyai kelemahan yaitu : mencemari
lingkungan, dan tidak dapat digunakan kembali. Selain itu katalis homogen juga
umumnya hanya digunakan pada skala laboratorium ataupun industri bahan kimia
tertentu, sulit dilakukan secara komersil, operasi
pada fase cair dibatasi pada kondisi suhu dan tekanan, sehingga peralatan lebih
kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis. Contoh dari katalis homogen yang biasanya banyak digunakan dalam
produksi biodiesel, seperti basa (NaOH, KOH), asam (HCl, H2SO4).
Di industri kimia, masalah terutama berkaitan dengan
pemisahan (separation), daur ulang (recycle), usia (life time), dan deaktifasi
katalis merupakan isu-isu penting.
Problem pemisahan katalis dari zat pereaksi maupun
produk lebih sering ditemui pada sistem katalis homogen. Karena katalis homogen
larut dalam campuran, pemisahan tidak cukup dilakukan dengan penyaringan atau
dekantasi. Teknik yang umum digunakan adalah destilasi atau ekstraksi produk
dari campuran, misalnya katalis asam-basa pada reaksi esterifikasi biodiesel
dipisahkan dengan ekstraksi untuk kemudian campuran sisa reaktan-katalis yang
tertinggal dialirkan lagi menuju bejana reaksi. Namun demikian, ada
beberapa katalis istimewa dari senyawa
komplek logam yang didesain sedemikian rupa sehingga bisa terpisah atau
mengendap setelah reaksi tuntas. Kasus pemisahan untuk katalis heterogen lebih
mudah ditanggulangi karena sudah terpisah dengan sendirinya tanpa membutuhkan
usaha lain.
Daur ulang dan usia katalis memiliki kaitan. Selama
bisa dipisahkan, katalis homogen boleh dikatakan tetap aktif dan memiliki usia
yang sangat panjang bahkan nyaris tak terhingga dan bisa digunakan
berulang-ulang. Nyawa katalis homogen mungkin tamat jika mengalami deaktifasi
akibat teracuni atau perubahan struktur akibat proses ekstrim.
2.5
Kinetika Reaksi Berkatalis Homogen
Proses katalitik
pada reaksi berkatalis homogen berlangsung melalui tahap-tahap:
1.
Tahap
pembentukan senyawa kompleks / intermediates (tahap koordinasi)
2.
Tahap
penyusunan ulang antara molekul-molekul reaktan dengan ligan katalis (tahap interaksi ligan), dan
3.
Tahap eliminasi produk reaksi
Penentuan persamaan kinetika reaksi berkatalis homogen,
berdasarkan mekanismenya, dilakukan dengan cara yang sama (analog) dengan
kinetika reaksi homogen, dengan berbantuankan hubungan pendekatan neraca massa katalis.
2.6
Mekanisme Katalis
Homogen
Katalis ini
mempunyai kesamaan phase dengan reaktan dan
persentuhannnya tak mempengaruhi laju reaksi, keadaan yang demikian
disebut katalis homogen. Sebagai contoh :
Reaksi phase gas
CO + ½ O2 à CO2
Dengan adanya katalis NO2 maka
prosesnya menjadi




-----------------------------------------------
CO2
+ ½ O2 à CO2
Iodin uap juga dikenal
sebagai katalis sejumlah reaksi
pirolisis zat organik, dekomposisi asetaldehid sebagai reaksi berantai dengan
proses sebagai berikut :
k1
I2
2 I-

I- + CH3CHO
CH3CO - +
HI

CH3CO-
CH3
+ CO

I2 + CH3
CH3I +
I-

HI + CH3
CH4
- + I-

HI + CH3I
CH4
- + I2

Sehingga diperoleh laju reaksi dengan pendekatan steady state dari
intermediet adalah

2.7
Katalis Asam dan Basa
Katalisis asam-basa,
percepatan reaksi kimia dengan penambahan asam atau basa, asam atau basa itu
sendiri tidak dikonsumsi dalam reaksi. Reaksi katalitik mungkin asam-spesifik
(katalis asam), seperti dalam kasus penguraian sukrosa gula menjadi glukosa dan
fruktosa dalam asam sulfat; atau basa-spesifik (base katalisis), seperti dalam
penambahan hidrogen sianida untuk aldehid dan keton dengan adanya natrium
hidroksida. Banyak reaksi yang dikatalisasi oleh asam dan basa.
Mekanisme reaksi asam dan
basa-katalis dijelaskan dalam hal konsep Brønsted-Lowry asam dan basa sebagai
salah satu di mana ada transfer awal proton dari katalis asam untuk reaktan atau
dari reaktan ke katalis dasar. Dalam hal teori Lewis asam dan basa, reaksi
saling berbagi pasangan elektron yang disumbangkan oleh katalis basa atau
diterima oleh suatu katalis asam.
Katalisis asam digunakan dalam
sejumlah besar reaksi industri, di antaranya konversi hidrokarbon minyak bumi
untuk bensin dan produk-produk terkait. Reaksi tersebut meliputi dekomposisi
hidrokarbon dengan berat molekul tinggi (cracking) menggunakan katalis
alumina-silika (asam Brønsted-Lowry), polimerisasi hidrokarbon tak jenuh
menggunakan asam sulfat atau hidrogen fluorida (asam Brønsted-Lowry), dan
isomerisasi hidrokarbon alifatik menggunakan aluminium klorida (asam Lewis).
Di antara aplikasi industri
reaksi basa-dikatalisis adalah reaksi diisosianat dengan alkohol polifungsional
dengan adanya amina, yang digunakan dalam pembuatan busa poliuretan.
2.8
Contoh Reaksi Menggunakan Katalis Homogen
1. Penguraian H2O2 oleh kalium
natrium tartrat, dengan katalis larutan CoCl2
Pada reaksi H2O2
dengan kalium natrium tartrat, mula-mula gelembung gas O2 tidak
kelihatan, tetapi setelah ditetesi larutan kobalt (II) klorida
yang berwarna merah muda, gelembung gas O2 timbul dengan jumlah yang
banyak Pada reaksi tersebut, larutan kobalt (II) klorida
bertindak sebagai katalis. Kobalt (II) klorida turut
bereaksi, tetapi pada akhir reaksi zat itu terbentuk kembali. Hal ini dapat
terlihat pada perubahan warna larutan kobalt (II) klorida
dari merah muda menjadi kuning, kemudian hijau, dan akhirnya kembali merah
muda. Berdasarkan percobaan ini maka dapat disimpulkan katalis adalah zat yang
dapat mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi.
2. Reaksi antara ion persulfat dan ion iodida
Ion besi sebagai katalis pada reaksi antara ion
persulfat dan ion iodide. Reaksi antara ion persulfat (ion peroxodisulfat), S2O82-,
dan ion iodida dalam larutan dapat dikatalisis dengan ion besi (II) maupun ion besi (III).
Ion persulfat (peroxodisulfate
ion), S2O82-, merupakan agen pengoksidasi yang
sangat kuat. Ion iodida sangat mudah dioksidasi menjadi iodin. Namun reaksi
antara keduanya dalam larutan air sangat lambat.
Jika melihat persamaan, mudah
untuk melihat mengapa perlu ditambah katalis

Reaksi berupa tabrakan antara dua ion negatif.
Tolakan antara dua ion negatif membuat reaksi berlangsung lambat. Reaksi
dikatalisis untuk menghindari masalah tersebut. Katalis dapat berupa besi (II)
atau besi (III) ion yang ditambahkan ke dalam larutan yang sama. Ini adalah
contoh yang baik dari penggunaan senyawa logam transisi sebagai katalis karena
kemampuan mereka untuk mengubah tingkat oksidasi.
Ion-ion persulfat mengoksidasi besi (II) ion besi
(III) ion. Dalam proses ini ion persulfat direduksi menjadi ion sulfat.

Besi (III) ion adalah agen cukup pengoksidasi kuat
untuk mengoksidasi ion iodida menjadi iodin. Dalam prosesnya, akan kembali
menjadi besi (II) ion lagi.

Kedua tahap individu dalam keseluruhan reaksi
melibatkan tumbukan antara ion positif dan negatif. Ini akan jauh lebih mungkin
untuk menjadi sukses daripada tabrakan antara dua ion negatif dalam reaksi
esterifikasi tanpa katalis.
Apa yang terjadi jika Anda menggunakan besi ion
(III) sebagai katalis bukan besi (II) ion? Reaksi hanya terjadi dalam urutan
yang berbeda. Untuk penjelasannya, kita akan mengunakan katalis besi (II). Reaksi terjadi dalam dua tahap.
Jika kamu menggunakan ion besi (III), reaksi kedua yang terjadi diatas
akan menjadi reaksi yang pertama.
Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal
penggunaan senyawa logam transisi sebagai katalis karena kemampuan senyawa
logam transisi tersebut untuk mengubah tingkat oksidasi.
3.
Reaksi Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi
pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan
menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi Fischer.
Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk
alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi
berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).
Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi
substitusi asil nukleofil dengan katalisator asam. Gugus karbonil dari asam
kaboksilat tidak cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang oleh alkohol.
Katalisator asam akan memprotonasi gugus karbonil dan mengaktivasinya ke arah
penyerangan nukleofil. Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat dari ester,
kemudian terjadi transfer proton.
Reaksi transesterifikasi pada dasarnya merupakan
reaksi esterifikasi dengan mengganti alkohol R'-OH dengan jenis alkohol lain
R"-OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral seperti H2SO4
atau HCl. Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik hingga
alkohol R"-OH harus dalam keadaan berlebihan untuk memaksimalkan produk
R-COOR".
4.
Kerusakan
Lapisan Ozon Akibat Katalis Radikal Bebas Cl
CFC
merupakan zat kimia yang mengandung unsur klor, fluor dan carbon yang biasa
digunakan sebagai refrigant dan propelant. CFC memiliki nama dagang freon.
Senyawa CFC, terutama Freon 11 (CFCl3) dan Freon 12 (CF2Cl2)
banyak digunakan sebagai pelarut dalam bidang industri, pembersih dalam alat
elektronik, refrigerant pada kulkas dan AC, serta zat propelant pada kosmetika
dan alat semprot aerosol. Senyawa CFC pada mulanya dianggap zat kimia yang
ideal, karena tidak mudah bereaksi dan tidak beracun. Ironisnya, justru karena
sifatnya itu CFC mampu terbang ke lapisan stratosfer dan merusak ozon. Pada
tahun 1974 untuk pertama kalinya Rowland dan Molina menemukan teori bahwa
senyawa klor dapat merusak ozon (O3).
Pada
tahun 1985, untuk pertama kalinya ditemukan penipisan lapisan ozon di
antartika. Bila lapisan ozon rusak, maka sinar UV lebih banyak sampai ke bumi
yang dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi makhluk hidup.
CFC
yang digunakan pada refrigerant pada AC, kulkas dan alat-alat pendingin lainnya
yang digunakan adalah CFC-12/CFC-502/CFC-11. Aktivitas yang dapat menimbulkan
emisi CFC ke udara adalah pada saat dilakukannya perbaikan dan pemeliharaan
alat-alat pendingin. Karena biasanya pada saat perbaikan, terjadi pengisian
CFC. Pada saat pengisian ini biasanya ada sebagian CFC teremisi ke udara. CFC
juga dapat teremisi pada saat terjadi kebocoran pada alat pendingin tersebut.
Aerosol adalah campuran zat-zat yang berada dalam fasa cair dan gas. Produk-produknya banyak ditemukan pada produk kosmetik (parfum,
bodyspray, deodorant, hairspray, dll). Fungsi CFC dalam produk aerosol adalah
sebagai bahan pendorong (propelant). Penggunaan CFC pada produk aerosol disukai
karena tidak beracun, tidak korosif dan tidak mudah terbakar.
CFC
merupakn senyawa yang stabil, sukar bereaksi, namun karena sifat itu CFC yang
teremisi ke udara dapat naik dengan bebas ke stratosfer dan merusak lapisan
ozon. Ozon bereaksi dengan senyawa klor seperti CFCl3 (pada
aerosol), CF2Cl2 (pada pendingin), dll. Bereaksinya gas
ozon dengan senyawa klor hasil aktivitas manusia ini dapat menipiskan, bahkan menghabiskan
ozon dalam lapisan stratosfer. Sinar matahari menguraikan senyawa-senyawa klor menjadi atom klor yang akan bertindak sebagai katalis
atau mempercepat reaksi dalam reaksi penguraian ozon.
Cl- dapat menjadi katalis dan siap bereaksi dengan O3 yang lain. Satu atom klor dapat bereaksi dengan 10.000 sampai 100.000 molekul ozon. Katalis mempercepat reaksi, reaksi kimia dengan batntuan katalisator berakibat bahwa perusakan ozon (O3) berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya. Karena proses pembentukannya dan perusakan molekul-molekul ozon di stratosfer tidak lagi seimbang maka lebih banyak molekul-molekul ozon yang rusak daripada molekul-molekul ozon yang terbentuk dalam waktu tertentu. Hal ini berakibat bahwa konsentrasi ozon di stratosfer menjadi berkurang sehingga lapisan ozon menipis dan terbentuk lubang-lubang ozon. Kerusakan ozon ini snagat berbahaya bagi makhluk hidup diantaranya menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, kanker kulit dan katarak, karena ozon dapat menyerap sinar UV. UV dalam jumlah kecil dibutuhkan dalam tubuh untuk pembentukan vitamin D. Tetapi akibat makin banyaknya UV yang masuk dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan menurunkan kekebalan tubuh. Pemanasan global disebabkan karena fitoplankton mengambil CO2 yang banyak dari udara untuk fotosintesis, tapi karena UV meningkat, menyebabkan CO2 banyak yang tidak terserap sehingga menimbulkan pemanasan global.
Cl- dapat menjadi katalis dan siap bereaksi dengan O3 yang lain. Satu atom klor dapat bereaksi dengan 10.000 sampai 100.000 molekul ozon. Katalis mempercepat reaksi, reaksi kimia dengan batntuan katalisator berakibat bahwa perusakan ozon (O3) berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pembentukannya. Karena proses pembentukannya dan perusakan molekul-molekul ozon di stratosfer tidak lagi seimbang maka lebih banyak molekul-molekul ozon yang rusak daripada molekul-molekul ozon yang terbentuk dalam waktu tertentu. Hal ini berakibat bahwa konsentrasi ozon di stratosfer menjadi berkurang sehingga lapisan ozon menipis dan terbentuk lubang-lubang ozon. Kerusakan ozon ini snagat berbahaya bagi makhluk hidup diantaranya menyebabkan penurunan kekebalan tubuh, kanker kulit dan katarak, karena ozon dapat menyerap sinar UV. UV dalam jumlah kecil dibutuhkan dalam tubuh untuk pembentukan vitamin D. Tetapi akibat makin banyaknya UV yang masuk dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan menurunkan kekebalan tubuh. Pemanasan global disebabkan karena fitoplankton mengambil CO2 yang banyak dari udara untuk fotosintesis, tapi karena UV meningkat, menyebabkan CO2 banyak yang tidak terserap sehingga menimbulkan pemanasan global.
Mekanisme esterifikasi dengan katalis asam
Tahap
pertama adalah katalis asam. Pada tahap pertama, gugus karbonil pada asam
diprotonasi. Sebagaimana halnya dengan aldehida dan keton, protonasi menekan
muatan positif pada atom karbonil dan menjadikannya sasaran baik bagi serangan
nukleofil. Tahap kedua sangat menentukan, tahap ini melibatkan adisi nukleofil
yaitu alkohol pada asam yang telah diprotonasi. Pada tahap ini ikatan C-O yang
baru (ikatan ester) terbentuk. Tahap 3 dan 4 adalah tahap kesetimbangan dimana
oksigen-oksigen melepaskan atau mendapatkan proton. Kesetimbangan ini sifatnya
bolak-balik, sangat cepat, dan terus berlangsung dalam suasana asam. Pada tahap
4 salah satu gugus hidroksil harus diprotonasi, karena kedua gugus hidroksilnya
identik. Tahap 5 melibatkan pemutusan ikatan C-O dan lepasnya air. Tahap ini
adalah kebalikan tahap 2. agar peristiwa ini dapat terjadi, gugus hidroksil
harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai gugus bebas/lepas lebih baik.
Akhirnya pada tahap 6, ester yang berproton melepaskan protonnya. Tahap ini
adalah kebalikan tahap 1.
Pada
reaksi esterifikasi ini, biasanya digunakan katalis H2SO4. Katalis H2SO4 dalam reaksi
esterifikasi adalah katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat
reaksi esterifikasi yang berjalan lambat. H2SO4 juga
merupakan katalisator homogen karena membentuk satu fase dengan pereaksi (fase
cair).
Pemilihan penggunaan asam sulfat (H2SO4)
sebagai katalisator dalam reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya
: Menurut Anonim (2007)
1.
Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen
pengoksidasi yang kuat
2.
Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan
3.
Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm
yang kuat
4.
Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih
5.
Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat
menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab. Menurut Sukardjo, drs (1984)
6.
Konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap kecepatan
reaksi
7.
Asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), jadi
untuk reaksi setimbang yang menghasilkan air dapat menggeser arah reaksi ke
kanan (ke arah produk)
Dari faktor-faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi
karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan
etil asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan
asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan tinggi.
Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki tenaga lebih besar
atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat reaksinya. Katalis akan
menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih
rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi (k) akan semakin besar,
sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar. Selain itu, karena asam sulfat
pekat mampu mengikat air (higroskopis), maka untuk reaksi esterifikasi
setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat pekat dapat menggeser arah reaksi
ke kanan (ke arah produk), sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih
banyak.
2.9
Penerapan Katalis Homogen
1.
Biodiesel
Biodiesel saat ini diproduksi melalui
transesterifikasi trigliserida dengan alkohol seperti metanol.
Transesterifikasi trigliserida terdiri dari tiga berurutan, reaksi reversibel
dimana trigliserida bereaksi membentuk digliserida, monogliserida dan gliserol.
Di samping catatan, penting bagi seseorang untuk mengetahui kandungan
trigliserida dari minyak saat membeli.
Pengolahan biodiesel tradisional terdiri dari dua
kategori besar : esterifikasi
(atau variasi dari itu seperti glycerolysis, enzimatik atau katalisis padat
sementara) dan transesterifikasi. Proses esterifikasi tradisional menggunakan
metanol dengan katalis asam homogen seperti asam sulfat untuk mengubah asam
lemak bebas (FFA) menjadi ester. Transesterifikasi tradisional menggunakan
basis katalis homogen seperti natrium atau kalium metilat methylate bersama
dengan metanol untuk mengkonversi ke trigliserida menjadi biodiesel dan
gliserin.
Titik diskusi untuk artikel ini adalah tradisional
katalis homogen seperti asam sulfat, dan natrium atau kalium metilat, dan
kelemahan mereka sebagai berlaku untuk bahan FFA variabel dalam lingkungan
multifeedstock.
Dalam FFA sangat rendah (kurang dari 1 persen)
lingkungan bahan baku, katalis seperti natrium atau kalium metilat masuk akal
yang baik, tetapi dalam lingkungan FFA tinggi, seseorang mulai mengalami
berbagai masalah dengan katalis ini.
Katalis
Katalis adalah zat kimia yang membantu mempercepat
proses kimia tanpa benar-benar berpartisipasi di dalamnya. Bagaimana katalis
homogen seperti asam sulfat atau natrium methylate berbeda dalam hal ini juga
merupakan bagian penting dari diskusi.
Ada dua jenis katalis yang khas untuk setiap proses
biodiesel: homogen dan heterogen. Katalis homogen berfungsi dalam fase yang
sama (cair, gas, dll) sebagai reaktan. Biasanya, katalis homogen dilarutkan
dalam pelarut dengan substrat. Katalisis heterogen adalah kebalikan dari
katalisis homogen, yang berarti terjadi dalam fase berbeda dari reaktan.
Kebanyakan katalis heterogen adalah padatan yang bekerja pada substrat dalam
campuran reaksi cair atau gas. Mekanisme yang beragam untuk reaksi pada
permukaan diketahui, tergantung pada bagaimana adsorpsi berlangsung. Total luas
permukaan padat memiliki penting mempengaruhi laju reaksi; semakin kecil ukuran
partikel katalis, semakin besar luas permukaan untuk suatu massa partikel.
Katalis homogen untuk produksi biodiesel telah ada
selama beberapa waktu, tetapi katalis heterogen merupakan perkembangan yang
cukup baru di ranah produksi biodiesel.
Biasanya asam sulfat digunakan sebagai katalis asam
homogen untuk esterifikasi FFA. Kadang-kadang meskipun, asam klorida juga
digunakan.
Reaksi
Ester dapat bereaksi dengan alkohol lain. Dalam hal
ini, alkohol baru berasal dari ester asli terbentuk, dan ester baru berasal
dari alkohol asli. Dengan demikian, etil ester dapat bereaksi dengan metanol
untuk membentuk ester metil dan etanol. Proses ini disebut transesterifikasi.
Transesterifikasi sangat penting untuk biodiesel.
Biodiesel seperti yang didefinisikan saat ini diperoleh dengan
mentransesterifikasi trigliserida dengan metanol. Methanol adalah alkohol
pilihan untuk mendapatkan biodiesel karena itu adalah yang termurah, dan paling
tersedia, alkohol. Untuk reaksi terjadi dalam waktu yang wajar, namun, katalis
harus ditambahkan ke dalam campuran minyak dan metanol. Sering hadir dalam
jumlah kecil, katalis mempercepat kecepatan reaksi dan dalam banyak kasus,
hampir tidak ada reaksi akan terjadi tanpa satu.
Katalis yang digunakan untuk melaksanakan
transesterifikasi biasanya natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida
(KOH) atau natrium methylate (SMO). Senyawa ini termasuk ke dalam kelas bahan
yang dikenal sebagai basis dan juga merupakan senyawa anorganik, sering
digunakan dalam kimia organik untuk melaksanakan atau katalisator reaksi. Basa
lainnya juga cocok untuk reaksi transesterifikasi. Rekan-rekan dari basis yang
dikenal sebagai asam. Banyak asam juga dapat digunakan sebagai katalis untuk
transesterifikasi. Namun, reaksi dasar-katalis memiliki kelebihan seperti laju
reaksi yang lebih tinggi.
Sebuah asam lemak dan basa bereaksi membentuk
senyawa baru, yang disebut sabun dan air. Senyawa seperti sabun, di mana
hidrogen (proton) dari asam telah diganti dengan ion logam, sering disebut
garam.
Alasan bahwa senyawa tersebut ada adalah bahwa
bahan-bahan seperti NaOH atau KOH dapat membagi terpisah, atau memisahkan,
dengan cara yang memberikan Na + dan OH- (atau K +
dan OH-) di mana proton dan elektron yang tidak merata, menyebabkan
partikel bermuatan. Dengan demikian, memiliki muatan yang sama, Na +
atau K + dapat menggantikan H + di sini.
Proses
Katalis homogen yang paling umum digunakan dalam
produksi biodiesel adalah asam sulfat selama esterifikasi dan sodium metilat
selama transesterifikasi. Pengolahan biodiesel khas yang melibatkan minyak FFA
tinggi terdiri dari dua langkah, esterifikasi dan transesterifikasi. Selama
esterifikasi, jumlah yang telah ditentukan asam sulfat berdasarkan isi FFA
minyak yang sedang diproses, ditambahkan ke minyak dengan FFA tinggi dan
metanol. Ada berbagai cara pengolahan esterifikasi, pada tekanan atmosfer dan
65 derajat Celcius sampai 70, atau di bawah tekanan tinggi dan suhu tinggi,
dll. Sampingan penting
dari proses esterifikasi adalah air, yang mencairkan katalis sehingga
menghambat dalam proses esterifikasi.
Salah satu poin yang perlu diperhatikan di sini
adalah transesterifikasi juga terjadi dengan adanya asam sulfat terpisah dari
esterifikasi. Percobaan diulangi oleh berbagai peneliti menunjukkan mayoritas
transesterifikasi akan terjadi pada saat esterifikasi telah mencapai
keseimbangannya.
Setelah mengurangi FFA dari minyak melalui proses esterifikasi
menjadi kurang dari 1 persen, minyak masuk ke tahap transesterifikasi. Hal lain
yang menarik di sini adalah bahwa beberapa teknologi sarankan pergi langsung ke
transesterifikasi jika konten bahan baku FFA kurang dari 4 persen. Kelemahan
ini, bagaimanapun, adalah bahwa akan ada penggunaan lebih banyak katalis. Hal
ini juga mengakibatkan hilangnya produk besar karena pembentukan sabun. Biaya
proses yang lebih tinggi juga mungkin, karena masalah jumlah asam yang perlu
diperbaiki sehingga bahan bakar dapat memenuhi spesifikasi ASTM D6751.
Selama transesterifikasi, setelah dihitung jumlah
katalis (SMO) dan jumlah yang diperlukan metanol tertutup ke dalam reaktor,
proses tidak akan mengubah apakah menggunakan batch atau kontinyu, suhu
dipertahankan sekitar 65 derajat Celcius. Tendangan reaksi dimulai.
Pada saat yang sama ketika trigliserida dikonversi
ke digliserida dan monogliserida, para FFA akan dikonversi ke sabun. Semakin
tinggi kandungan FFA adalah ketika memulai, produksi lebih besar dari sabun
akan ada. Hampir 90 persen dari sabun masuk ke fase gliserin dalam proses
penyelesaian atau pemusingan. Bertentangan dengan beberapa klaim di luar sana,
untuk sepenuhnya menghilangkan sabun sebelum mencuci air atau kering mencuci
langkah hampir mustahil.
Ada juga beberapa katalis homogen sisa yang tersisa
dari proses biodiesel, yang harus dihapus dalam tahap cuci juga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Katalis homogen adalah
senyawa yang memiliki fase sama dengan reaktan
ketika reaksi kimia berlangsung, namun tidak ikut bereaksi dengan
pereaksi ataupun produknya.
2.
Katalis homogeny memiliki aktivitas lebih tinggi
dibandingkan dengan katalis heterogen karena setiap
molekul aktif sebagai katalis.
3.
Contoh
Katalis Homogen :
a.
Penguraian H2O2 oleh
kalium natrium tartrat, dengan katalis
larutan
CoCl2
b.
Reaksi
antara ion persulfat dan ion iodida
c.
Reaksi
esterifikasi
4. Penerapan Katalis Homogen
a.
Biodiesel
b. Penguraian H2O2
oleh kalium natrium tartrat, dengan katalis
larutan CoCl2
c.
Reaksi antara ion persulfat
dan ion iodida
d. Kerusakan
Lapisan Ozon Akibat Katalis Radikal Bebas Cl
3.2 Saran
1. Penulis berharap para pembaca makalah ini
dapat mempelajari lebih lanjut
mengenai katalis homogen pada sumber-sumber lain.
2. Kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdianasari.2016. Kinetika Reaksi Kimia. Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya
http://serbamurni.blogspot.com/2012/05/jenis-katalis.html (online, diakses tanggal 15 November 2016)
http://matainginbicara.wordpress.com/2009/06/29/ringkasan-katalis-dan-katalisis/ (online, diakses tanggal 15 November 2016)
https://dyahernawati.wordpress.com/2013/12/27/katalis-homogen-dan-katalis-asam-basa/ (online, diakses
tanggal 15 November 2016)
http://letshare17.blogspot.com/2010/10/penggunaan-katalis-h2so4-pada.html (online, diakses tanggal 15 November 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar